Thursday, September 15, 2016

Asal muasal Kedodorun by Aldiana Halim

Dengan berbagai alasan saya dan sebagian temen-temen satu profesi selalu beralasan sibuk, tidak ada waktu, dan segudang kata- kata lain untuk melakukan pembenaran-pembenaran bahwa memulai olah raga adalah sangat sulit dan menyita waktu kerja kita. Hal ini mungkin ada benarnya, walaupun lebih banyak salahnya, bahwa kesibukan kerja kita seolah menyita sebagian besar waktu kita sehingga untuk melakukan sesuatu yang merupakan hak tubuh, yaitu menjaganya, salah satunya dengan olah raga, sering kita abaikan. Kinerja tubuh yang semakin lama, seiring dengan bertambahnya usia, semakin memerlukan perhatian menyebabkan akibat-akibat medis yang sangat tidak diharapkan dan sangat mengganggu aktifitas sehari-hari apabila tidak dipelihara dengan, sekali lagi, salah satunya olah raga. Hal inilah salah satu alasan penting kami, teman-teman satu profesi di Kedokteran dan Kedokteran gigi, berkumpul dengan satu kesenangan yang sama, yaitu berlari, untuk bergembira dan berkeringat menjaga dan memelihara hak tubuh, agar bisa bekerja sesuai porsinya.
Salah seorang yang sangat berperan penting dalam menyebarkan virus olah raga berlari di kalagan kedokteran dan kedokteran gigi adalah, Dr Rama Nusjirwan. Saya ingin bercerita tentang beliau dalam kaitannya menggiring teman-teman sejawat untuk memulai olah raga lari. Saya ingat betul, beliau pada suatu saat bertemu dengan saya dalam keadaan cedera salah satu bagian tubuhnya, saya tidak akan cerita sakit apa tapi sakitnya sama persis dengan saya, dikarenakan salah satunya karena kurangnya tubuh bergerak dan kelebihan berat badan. Keadaan cedera tubuh yang sangat mengganggu tersebut menyadarkan beliau untuk memulai berlari dan seingat saya larinya sendiri pada waktu itu. Selanjutnya beliau sering mengajak saya berlari, dan saya pun mulai ikut berlari, hanya bedanya Dr Rama terus berlari dan saya kemudian berhenti. Dr Rama sering membangunkan saya tiap sehabis shalat subuh untuk berlari tapi saya malas-malasan pada waktu itu. Beliau sangat sering mengajak saya, tapi lebih sering saya berikan harapan-harapan palsu karena lebih memilih untuk tidur. Hasilnya adalah jadilah Dr Rama pelari tangguh yang sanggup berlari kemana pun, mengajak siapapun untuk berlari dan beliau salah satu penggagas komunitas lari terbesar di Indonesia yang ada di Bandung.
Singkat cerita, setelah saya sadar harus berolah raga karena sakit yang berhubungan dengan kelebihan berat badan, saya akhirnya bergabung dengan Dr Rama untuk mulai berlari. Dimulai dengan berusaha untuk tetap bergerak tanpa memperdulikan kecepatan saya mulai berlari dan rajin bangun pagi, karena dibangunkan oleh Dr Rama, untuk berlari. Lama-lama, tanpa diniatkan dan dipaksakan, saya dapat berlari dengan jarak lumayan jauh.
Suatu ketika pada Bulan Januari Tahun 2013 saya memberanikan diri untuk mengikuti lomba lari Tahura Trail. Pada saat itu saya bertemu dengan Dr Dini Pusianawati yang keadaannya sama dengan saya, yaitu baru memulai berlari. Pada lomba tersebut kami berdua dapat finis tanpa memperdulikan waktu. Hal ini menguatkan tekad kita bahwa sesuatu yang sebelumnya kita pikir mustahil dilakukan, dulu saya berpikir tidak mungkin lagi untuk bisa berlari jauh apalagi di gunung, ternyata sangat mungkin dilakukan.
Semakin lama, teman-teman yang bergabung semakin banyak, seperti Drg Seto Adiantoro, yang berlari hampir tiap pagi, Dr Rahmat Goesasi, Dr Abel Tasman, Dr Kiki Rizki dan Lain-lain. Kemudian bergabung juga sejawat-sejawat dari luar Bandung seperti Dr. Iron Subekti dan Dr Fauziah Andini dari Pekanbaru, Dr Kiki Novito, Dr Asnominanda dan Dr Jhony Sulistio dari Jakarta.Akhirnya kami membentuk Grup Whatapps sebagai ajang komunikasi agar kami dapat berlari dan bergembira karena banyak teman. Kami mengajak teman-teman lain untuk bergabung dan memulai untuk berlari dan ternyata responnya sangat positif sehingga kelompok berlari ini semakin berkembang dan terus bertambah jumlahnya. Akhirnya kami membentuk komunitas lari yang terdiri dari kalangan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, dari mulai yang masih kuliah sampai yang sudah Spesialis, yang kami namakan KedoDoRun.
Pemilihan nama “KedoDoRun” melalui suatu perdebatan dan diskusi yang panjang. Pada intinya kami sepakat bahwa pemilihan nama harus membuka selebar-lebarnya kesempatan untuk bergabung tanpa ada unsur “intimidasi’ yang tidak perlu, oleh sebab itu kami menghindari pemilihan nama yang intimidatif. Selain itu, pemilihan nama juga menghindari kesan esklusif kalangan kedokteran, sehingga kami tidak memasukkan kata-kata yang mengindikasikan kepada profesi secara langsung. Akhirnya dipilihlah nama “KedoDoRun”, singkatan dari “Kedokteran Doyan Run”. Kita ketahui bahwa secara harfiah “Kedodoran” berarti sesuatu yang terkesan lambat sehingga siapun, dari kalangan kedokteran dan kedokteran gigi, bisa bergabung, diharapkan, tanpa terintimidasi ketakutan tidak bisa berlari cepat.
Kelompok KedoDoRun semakin berkembang, anggotanya sudah tersebar di beberapa propinsi di Indonesia. Anggota-anggota KedoDoRun di seluruh Indonesia sangat aktif menginspirasi teman-teman lainnya, untuk hidup sehat dengan berolah raga, dengan menginformasikan aktifitas lari di tempat masing-masing. Bahkan ada pula yang menjadi contoh penurunan berat badan yang sangat signifikan dan membantu pemulihan dari suatu penyakit tertentu. Sudah banyak juga kegiatan-kegiatan lari di tingkat nasional bahkan International, seperti Bali Marathon, Jakarta Marathon, Penang Marathon, dan Singapore Marathon yang diikuti oleh anggota KedoDoRun. Selain itu, KedoDoRun di berbagai propinsi sering diundang sebagai narasumber di bidang kesehatan oleh komunitas lari lain seperti Indo Runners, Bandung Explorer dan lain-lain, dan elemen masyarakat lainnya. Hal ini tentu diharapkan memberikan efek yang positif bagi kalangan Kedokteran dan Kedokteran Gigi serta masyarakat luas  pada umumnya.

KedoDoRun hanyalah sebuah kelompok berlari di kalangan kedokteran dan kedokteran gigi yang tujuan utamanya adalah menjadi manfaat bagi para teman-teman sejawat sebagai media untuk memulai salah satu kegiatan hidup sehat dengan berolah raga, dalam hal ini berlari dan masyarakat luas melalui dedikasi profesi kita kepada siapapun yang membutuhkan.

Thursday, February 18, 2016

Tuhan Sembilan Senti
Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah. Ada guru merokok, di kampus mahasiswa
merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid
merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada
buku tuntunan cara merokok, di angkot Kijang penumpang merokok, di
bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di
loket penjualan karcis orang merokok, di kereta API penuh sesak orang
festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang
merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda
andong minta diajari pula merokok

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita
Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita
di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan
hidungnya mirip asbak rokok

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok,
di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun
asap tembakau itu, bisa ketularan kena

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium
kaki sponsor perusahaan rokok

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'IM sangat
ramah bagi
orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak
merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli
hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip
berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan
kalung tasbih 99 butirnya

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak
kebanyakan
mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma
sedikit yang memegang
dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang
terbanyak kelompok
ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus
syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu
'alayhimul
khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena
pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena
ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini. Banyak
yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka
berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin
pengap, Dan ada yang
mulai terbatuk-batuk

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak
tadi pagi sudah
120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan
longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat
berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi
di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas
berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak
perlu ruku' dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena
orang akan khusyuk
dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan API dan
sesajen asap
tuhan-tuhan ini

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala
ini.

sebagian telah dihapus, agar tak terlalu panjang. Dukung Fatwa MUI tentang haramnya merokok.